Pages

Sabtu, 09 November 2013

Sikap Guru Terhadap Anak Tunalaras



                Dalam bab ini dimaksudkan untuk member gambar tentang bagaimana sikap guru terhadap anak tunalaras, dan bagaimana guru harus bersikap dalam menghadapi problema yang ada pada anak tunalaras.
            Banyak guru yang menghadapi problem perilaku ketunalarasan ini dengan memarahi, mencaci, member hukuman, mengeluh, dan kadang guru cenderung member hukuman badan. Tidak jarang juga guru memberi reward terhadap tingkah laku yang baik.

            Di bawah ini akan diberikan contoh penanganan yang dilakukan oleh guru dimana di dalamnya mengandung bagaimana guru harus bersikap terhadap anak tunalaras. Contoh yang akan ditulis di bawah ini merupakan contoh penanganan yang dilakukan oleh guru SLB/E dan guru salah satu Sekolah Dasar di Yogyakarta yang memiliki siswa dengan gangguan emosi dan hasilnya efektif. Perilaku gangguan emosi pada anak dapat direduksi dalam waktu 3-6 tahun, tergantung berat ringannya tingkat gangguan emosi. Guru juga mempunyai tugas mengajar, karena itu dilakukan pada saat proses belajar mengajar atau dikaitkan dengan pembelajaran.
            Usaha-usaha yang dilakukan guru tersebut, yaitu:
1.      Anak dipilihkan tempat duduk yang sulit untuk keluar masuk. Ruangan pembelajaran harus tenang dan tidak bising. Ruang kedap suara kalau ada lebih bagus.
2.      Rangsangan yang berpengaruh meningkatkan perilaku anak dikurangi atau dihilangkan, sebaliknya rangsangan yang dapat mengurangi gangguan emosi ditingkatkan.
3.      Ruangan jangan menggunakan warna menyolok, seperti merah, kuning, pink. Warna-warna yang tidak menyolok seperti biru, putih, hijau muda. Warna-warna ini akan meningkatkan kesejukan, sehingga dapat membantu usaha untuk mengurangi perilaku gangguan emosi.
4.      Guru (sekolah) menciptakan linngkungan yang terstruktur, yaitu tersedianya aturan beserta konsekuensinya.
5.      Dalam usaha melakukan perbaikan perilaku ini guru bekerjasama dengan orang tua.
6.      Guru memberitahu masalah anak di sekolah kepada orang tua, baik secara lisan atau tertulis.
7.      Diajak belajar disiplin. Berdoa sebelum dan sesudah belajar.
8.      Guru harus disiplin bersikap tegas dan mengawasi dengan ketat pada waktu melaksanakan perbaikan perilaku.
9.      Setiap langkah usaha perbaikan diberikan reinforcement (penguat) baik positif maupun negative, atau diberikan reward (hadiah) dan hukuman (punishment).

Sumber : Dra. Tin Suharmini, M.Si: Penanganan Anak Hiperaktif; 2005

2 komentar:

  1. blognya menarik admin.,betah nih baca materi nya,.. tapi yang gadget music itu kyaknya kurang berfungsi min..sama calender mungkin bisa diperbaiki lagi ukurannya.mksh

    BalasHapus