Dalam bab ini dimaksudkan untuk
member gambar tentang bagaimana sikap guru terhadap anak tunalaras, dan bagaimana
guru harus bersikap dalam menghadapi problema yang ada pada anak tunalaras.
Banyak guru yang menghadapi problem
perilaku ketunalarasan ini dengan memarahi, mencaci, member hukuman, mengeluh,
dan kadang guru cenderung member hukuman badan. Tidak jarang juga guru memberi
reward terhadap tingkah laku yang baik.
Di bawah ini akan diberikan contoh penanganan
yang dilakukan oleh guru dimana di dalamnya mengandung bagaimana guru harus bersikap
terhadap anak tunalaras. Contoh yang akan ditulis di bawah ini merupakan contoh
penanganan yang dilakukan oleh guru SLB/E dan guru salah satu Sekolah Dasar di
Yogyakarta yang memiliki siswa dengan gangguan emosi dan hasilnya efektif.
Perilaku gangguan emosi pada anak dapat direduksi dalam waktu 3-6 tahun,
tergantung berat ringannya tingkat gangguan emosi. Guru juga mempunyai tugas mengajar,
karena itu dilakukan pada saat proses belajar mengajar atau dikaitkan dengan pembelajaran.
Usaha-usaha yang dilakukan guru
tersebut, yaitu:
1. Anak
dipilihkan tempat duduk yang sulit untuk keluar masuk. Ruangan pembelajaran harus
tenang dan tidak bising. Ruang kedap suara kalau ada lebih bagus.
2. Rangsangan
yang berpengaruh meningkatkan perilaku anak dikurangi atau dihilangkan,
sebaliknya rangsangan yang dapat mengurangi gangguan emosi ditingkatkan.
3. Ruangan
jangan menggunakan warna menyolok, seperti merah, kuning, pink. Warna-warna
yang tidak menyolok seperti biru, putih, hijau muda. Warna-warna ini akan meningkatkan
kesejukan, sehingga dapat membantu usaha untuk mengurangi perilaku gangguan emosi.
4. Guru
(sekolah) menciptakan linngkungan yang terstruktur, yaitu tersedianya aturan beserta
konsekuensinya.
5. Dalam
usaha melakukan perbaikan perilaku ini guru bekerjasama dengan orang tua.
6. Guru
memberitahu masalah anak di sekolah kepada orang tua, baik secara lisan atau tertulis.
7. Diajak
belajar disiplin. Berdoa sebelum dan sesudah belajar.
8. Guru
harus disiplin bersikap tegas dan mengawasi dengan ketat pada waktu melaksanakan
perbaikan perilaku.
9. Setiap
langkah usaha perbaikan diberikan reinforcement (penguat) baik positif maupun
negative, atau diberikan reward (hadiah) dan hukuman (punishment).
Sumber : Dra. Tin
Suharmini, M.Si: Penanganan Anak Hiperaktif; 2005
blognya menarik admin.,betah nih baca materi nya,.. tapi yang gadget music itu kyaknya kurang berfungsi min..sama calender mungkin bisa diperbaiki lagi ukurannya.mksh
BalasHapusok,,terimakasih masukannya :)
BalasHapus